Thursday, November 3, 2016

Logika NUSRON tentang sikap ummat Islam.


Tulisan ini saya temukan dari sebuah coment FB akun Zesan. Saya tertarik dengan logika yang dipergunakan Nusron tentang sikap ummat Islam yang dinilai Nusron cepat marah.
Saya tampilkan kembali tulisan tersebut dengan tujuan untuk menjadi pembelajaran bagi banyak orang untuk menggunakan logika dengan sehat.
=====================

Suatu hari Nusron Purnomo mengadakan seminar di salah satu kampus. Nusron mulai berceramah. Ia berbicara tentang fenomena umat Islam yang menurutnya pemarah. Ada yang memprotes adzan, marah. Ada yang membakar Al Quran, marah. Ada yang melecehkan Al Quran, marah.

Padahal menurutnya, yang dibakar itu hanya kertas. Sedangkan Al Quran yang sebenarnya ada di Lauhul Mahfudz. Tak bisa dibakar, tak bisa dilecehkan.

“Saya benar-benar heran dengan umat Islam. Terlalu lebay. Hanya karena ada yang menginjak mushaf Al Quran, mereka marah lalu ribuan orang menggelar demonstrasi di mana-mana. Padahal yang dibakar itu cuma kertas. Hanya media tempat menulis Al Quran. Al Quran aslinya ada di Lauhul Mahfuzh. Saya pikir mereka harus dicerdaskan soal ini.” kata Nusron.

Ruang kuliah itu hening beberapa saat. Sebagian mahasiswa agaknya setuju dengan pemikiran Nusron Purnomo. Hingga kemudian, seorang mahasiswa mengacungkan tangan dan maju ke depan.

“Memang Al Quran itu, hakikatnya ada di Lauhul Mahfuzh,” katanya sambil berjalan mendekati Nusron.

“Boleh saya melihat makalah Bapak?” Wajah mahasiswa lainnya menegang. Mereka khawatir akan ada insiden yang tidak terduga antara mahasiswa tersebut dengan Nusron.

“Makalah ini bagus Pak,” Wajah-wajah yang tadinya sempat tegang kini normal kembali. Nusron yang asalnya manyun, menjadi tersenyum kecut. Namun itu hanya sesaat, karena setelah itu, mahasiwa tersebut melempar makalah ke lantai kemudian menginjaknya.

Tak cukup menginjak. Ia ludahi makalah itu kemudian ia injak-injak lagi. Praktis makalah tersebut menjadi kotor dan rusak.

Nusron Purnomo melotot. Mukanya merah padam. Bibirnya menjeletot. Kedua telapak tangannya menggenggam erat.

“Kurang ajar! Kamu menghina karya ilmiah saya. Kamu menghina pemikiran saya." kata Nusron sembari melayangkan tangannya ke arah mahasiswa. Namun, dengan cekatan mahasiswa itu menangkisnya.

“Marah ya Pak? Saya hanya menginjak kertas. Saya hanya meludahi kertas. Saya hanya melecehkan kertas. Saya tidak melecehkan pemikiran Bapak karena pemikiran Bapak ada di kepala Bapak. Saya kan tidak menginjak kepala Bapak. Saya pikir Bapak harus dicerdaskan soal ini.” kata mahasiswa.

Mendengar itu, Nusron Purnomo tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia seperti mendapatkan serangan balik yang mematikan. Segera, buku-bukunya dikemasi dan ia meninggalkan ruang kuliah itu dengan muka merah padam.

Saudaraku...
Umat Muslim ini seperti Lebah..
Dimanapun hinggap, tidak akan merusak atau mematahkan ranting..
Diamnya lebah, memproduksi madu dan kebaikan...
Tapi jangan ganggu mereka...
Karena kalo diganggu, mereka pasti akan mempertahankan Kehormatannya...

No comments :

Post a Comment

Silahkan Komentar