Sangat memprihatinkan. Siang hari lepas anak sekolahan keluar, dihari Rabu 5 Oktober 2016 terjadi sebuah peristiwa tawuran antar pelajar yang mengakibatkan satu orang tewas kena sabetan senjata tajam di bagian dada dan punggung.
Peristiwa itu terjadi di sebuah tempat di Desa Dorowolong Kecamatan Purwasari. Lokasinya memang sangat mungkin bisa terjadi, jalan desa antara dua dusun yang jaraknya cukup jauh, sunyi, sepi, hanya pesawahan dan gerombolan pepohonan yang menjadi saksi. Selompok pelajar dari SMK PGRI Lemahabang berhadapan dengan kelompok lain dari SMK Purwasari. Dua kelompok pelajar tersebut bertemu dan berduel saling serang saling hantam menggunakan pekakas yang mereka bawa. Akibatnya seorang dari kelompok SMK PGRI Lemahabang, Asep Gani terkena sabetan senjata tajam di bagian punggung dan dada, terluka parah. Melihat kawannya terluka dan terkapar pelajar SMK Lemahabang lainnya berusaha menolong dan membawanya ke klinik di Desa Drowolong yang jaraknya sekitar kurang dari satu kilometer. Sementara kelompok musuh berusaha lari meninggalkan tempat itu. Tapi karena terlalu banyak mengeluarkan darah, Asep Gani meninggal.
Cerita di atas saya tulis berdasarkan cerita-cerita yang saya peroleh pada hari Kamis 6 Oktober dari masyarakat setempat, ketika saya mencoba mencari tau kejadian terebut di TKP.
Yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini, bukan proses apa setelah kejadian itu, tapi ingin mencoba melakukan analisa, mengapa peristiwa itu mesti terjadi.
Sebagai seorang (mantan) guru, saya jadi malu sendiri. Anak-anak yang seharusnya terdidik ternyata tidak jauh berbeda dengan gerombolan binatang yang haus akan darah mesti darah itu darah saudaranya sendiri. Tentu ada yang salah. Entah kesalahan itu ada di dalam sistem pendidikan kita atau dalam sistem masyarakat.
Terlalu banyak pertanyaan di benak ini untuk diungkapkan sebagai wujud tanggung jawab, baik sebagai warga biasa maupun sebagai mantan guru. Mesti ada kejujuran dari kita semua untuk mengintrosfeksi diri. Sebagai warga biasa, saya menghimbau kepada siapapun, dimanapun, agar mau melakukan upaya-upaya pencegahan, dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan sosial di tempat masing-masing untuk peduli terhadap penyimpangan-penyimpangan terutama yang dilakukan generasi muda di sekitar kita. Jangan apatis, jangan masabodoh.
Sebagai warga negara, saya menghimbau Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah kebijakan, baik yang menyangkut kebijakan sistem pendidikan maupun kebijakan-kebijakan yang menyangkut peradaban di masyarakat. Tidak cukup dengan jawaban bahwa pemerintah telah melakukan itu telah melakukan ini. Faktanya banyak hal buruk terjadi.
Saya sangat yakin ada yang salah di dalam sistem pendidikan kita. Saya melihat, Guru lebih banyak mengajar dengan mengabaikan mendidik. Banyak orang bisa "mengajar", tapi tak mudah untuk "mendidik".Begitu pula ada banyak yang perlu diperbaiki dalam kebijakan bermasyarakat kita.
Saya sangat yakin semua ini bisa dilakukan asal ada komitmen dan kemauan yang keras, terutama bagi pemerintah, mengingat negara sudah memberi wewenang untuk memanfaatkan uang-uang negara (APBN,APBD) untuk membangun kesejahteraan rakyat , dengan syarat pemerintah harus kompak atar komponen, baik dengan jajaran horizontal maupun vertikal.
No comments :
Post a Comment
Silahkan Komentar